FOMO Saat Investasi Kripto: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
FOMO Saat Investasi Kripto
Apa Itu FOMO dalam Investasi Kripto?
FOMO (Fear of Missing Out) adalah perasaan takut ketinggalan peluang keuntungan, terutama ketika harga aset kripto sedang naik pesat. Ini sering membuat investor terburu-buru membeli aset tanpa analisis matang, hanya karena takut tidak ikut mendapat keuntungan seperti orang lain.
Penyebab FOMO dalam Kripto
- Harga Melonjak Cepat – Ketika harga Bitcoin atau altcoin lain naik signifikan, banyak orang khawatir tidak ikut mendapat keuntungan.
- Berita Viral & Media Sosial – Informasi tentang keuntungan besar dari kripto sering dibagikan di media sosial, memicu tekanan psikologis.
- Komunitas & Influencer – Rekomendasi dari figur publik atau grup investasi bisa memicu keputusan impulsif.
- Ketidaktahuan tentang Pasar – Investor pemula sering kurang paham volatilitas kripto dan masuk saat harga sudah tinggi.
Dampak Negatif FOMO
Beli di Harga Puncak – FOMO sering membuat orang masuk saat aset sudah overbought, berisiko mengalami kerugian saat koreksi.
Keputusan Emosional – Tanpa riset, investor mudah terjebak proyek yang kurang berkualitas atau bahkan scam.
Stres Finansial – Kehilangan uang karena keputusan terburu-buru bisa berdampak pada kesehatan mental.
Cara Menghindari FOMO Saat Investasi
1. Buat Rencana Investasi (DYOR) – Tentukan tujuan, jangka waktu, dan strategi (HODL, trading, DCA).
2. Jangan Ikut Kerumunan – Hindari keputusan hanya karena tren atau tekanan sosial.
3. Disiplin dengan Target – Tetapkan harga beli/jual sebelumnya dan patuhi rencana.
4. Fokus pada Fundamental – Analisis proyek kripto (teknologi, tim, utilitas), bukan hanya harga.
5. Kelola Ekspektasi – Pasar kripto sangat volatil; tidak semua orang bisa jadi "milioner dalam semalam".
FOMO adalah musuh utama investor kripto. Dengan disiplin, riset, dan pengendalian emosi, Anda bisa terhindar dari jebakan keputusan impulsif. Ingat: "Beli saat orang takut, jual saat orang serakah"
Investasi bijak, bukan sekadar ikut-ikutan!
Meskipun hadir sebagai kelas aset baru, aset kripto nyatanya mampu menyedot perhatian banyak pihak untuk ikut masuk dan terjun ke dalamnya. Gelombang adopsi yang muncul mayoritas datang dari generasi muda yang akhirnya ikut menarik partisipasi dari kelompok usia matang. Data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengungkap bahwa lebih dari 60% investor kripto tanah air berada di rentang usia 18 – 30 tahun.
Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator yang kini membidani industri aset keuangan digital dan aset kripto kepada generasi muda untuk tidak berinvestasi hanya dengan landasan tren alias fear of missing out (FOMO).
Untuk anak muda, (sebaiknya) tidak ikut-ikutan FOMO, lihat teman kiri-kanan lalu ikut buka akun. Pahami dulu sebelum melakukan transaksi ini.
Mulai dari jenis aset kripto yang akan menjadi incaran, whitepaper proyek hingga volatilitas harga asetnya.
Selalu Gunakan Dana Dingin Untuk Investasi Kripto
Pemahaman itu menjadi penting untuk diberikan lantaran menurut data, Indonesia masuk ke dalam jajaran 5 besar crypto degen di dunia. Berada di atas Nigeria, Belanda dan Kanada. Menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap aset spekulatif dan berisiko.
Dalam kesempatan yang sama, untuk tidak menggunakan jaringan internet publik saat mengakses platform investasi. Lantaran rawan akan pencurian data pribadi.
Tidak hanya itu, agar investor muda selalu menggunakan dana dingin untuk melakukan aktivitas investasi.
beberapa kali mendapatkan pesan dari teman-teman yang menangis karena mereka pakai uang kuliahnya untuk membeli aset kripto yang tidak tahu seperti apa asetnya dan uangnya hilang (rugi). Jadi memang harus memahami betul dan berhati-hati dalam kondisi tersebut.
Post a Comment for "FOMO Saat Investasi Kripto: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya"